•6/07/2010

Oleh: Mutia Damayanti Abidin Ilustrasi: DS Studio

 

Pepe bersorak gembira dalam hati ketika menonton televisi sore ini. la menatap telepon genggam di tangannya. Tadi di sekolah, Rama berkata bahwa ia baru saja mendapat SMS dari salah satu bintang idola mereka.

Rama memang memperlihatkan SMS tersebut. Pepe tidak terlalu tertarik karena idola Rama tersebut bukanlah idolanya. Tetapi, sore ini, televisi mengiklankan layanan untuk bintang idolanya.

Tanpa ragu, Pepe mengetik perintah sesuai yang dikatakan sang bintang, "Ketik Reg Spasi, Ali. Kirim ke 1111."

Ia sudah hafal benar bagaimana bunyi iklannya.

Pasti diawali dengan "ketik reg spasi..." sisanya saja yang perlu dihafalkan. Itu pun ti­dak sulit. Iklan seperti itu banyak di televisi. Sesuai perintah, ia mengetik pesan tersebut dan mengirimkan ke nomor yang tertera di televisi.

Tidak lama, ia mendapat balasan. “Terima kasih telah mendaftar. Mulai besok, tunggu kabar dari Ali ya.”

HI-HI-HI… Pepe tertawa dalam hati. Ia senang sekali." SMS pertama dilihatnya ke­tika pulang sekolah. Sebenarnya SMS sudah sampai sejak pukul 09.00. Tetapi, karena di sekolah tidak boleh bermain-main dengan telepon genggam, Pepe baru melihat sepulang sekolah. Ia memperlihatkannya kepada Roni sahabatnya.

"Hai, hari ini aku mau shooting. Selesai shooting aku mau ke gym," demikianlah bunyi SMS tersebut. Roni tersenyum melihatnya "Hebat. Bisa ditelepon enggak, Pe?" tanyanya.

"Enggak tahu, aku belum coba," jawab Pepe.

"Coba kalau bisa, kan lebih keren."

Pepe mencoba. Gagal. Yang kedua kali, gagal juga. Akhimya ia menggelengkan kepala ke arah Roni.

"Ya sudah, enggak apa-apa. Besok kalau ada SMS lagi kasih tahu aku, ya."

SMS kedua datang malam harinya. Isinya mengatakan bahwa sang bintang lelah setelah shooting seharian dan akan beristirahat.

Pepe tersenyum. Kemudian ia tidur.

Tetapi keesokan harinya SMS yang masuk isinya tidak berubah. SMS pagi selalu mengatakan sang bintang akan pergi shooting dan ke gym. SMS malamnya juga selalu mengatakan bahwa sang bintang lelah dan akan beristirahat.

Pertama, Pepe pikir mungkin sang bintang salah ketik. Tetapi, ketika keesok­an harinya SMS yang masuk masih juga sama, Pepe mulai merasa kecewa. Lama-lama ia bosan dan menghapus SMS-SMS yang sama dari sang bintang. Hanya SMS yang pertama dan keduanya yang ia simpan.

SUATU HARI, Pepe mengirim SMS kepada Mama. Besok ia harus membawa benang wol untuk prakarya. Pepe lupa meminta Mama untuk membelikan.

"Ma, tolong belikan be­nang wol warna biru dan kuning, ya," tulisnya. Kemudian ia mengirimkan SMS tersebut kepada Mama.

Tetapi, SMS-nya gagal, tidak terkirim. Dicoba lagi, gagal lagi. Diceknya sisa saldo pulsa teleponnya, ternyata habis.

Kok habis? Pepe bingung. Rasanya ia tidak menggunakan terlalu banyak. Mama pasti marah. Karena jatah bulanan yang Mama berikan sudah habis.

Akhirnya ia menelepon Mama dari telepon rumah. Untung Mama berjanji akan membelikan benang wol.

Sesampai di rumah, Pepe langsung menanyakan pesanannya. Pepe mengambil plastik kecil seraya berkata kepada Mama, "Ma, maaf, pulsa Pepe untuk bulan ini sudah habis. Mama mau be­likan lagi?"

Mama menoleh, "Kok? Kamu pakai buat apa?"

"Enggak buat apa-apa, Ma. Cuma SMS dan telepon saja."

"Coba Mama lihat."

Pepe menyerahkan ponsel kepada Mama. Mama memeriksanya.

“APA INI, PE?” tanya Mama sambil memperlihatkan SMS dari sang bintang.

"Oh, Pepe ikutan SMS bintang, Ma. Tetapi sudah beberapa hari ini, SMS yang sampai sama, itu-itu saja."

"Pantas pulsamu habis, Mama batalin layanannya, ya?"

"Kenapa, Ma? Pepe kan enggak kirim SMS, hanya terima saja, masa ngabisin pulsa?"

"Setiap terima SMS, pul­samu berkurang Rp 2.000."

"Kok gitu, Ma?"

"Ya, memang begitu. Kalau tidak, dari mana mereka dapat untung? Mereka kan jualan. Pasti mencari un­tung. Jadi walaupun hanya terima SMS, pulsamu tetap terpotong. Kemungkinan besar kamu tidak berhubungan langsung dengan sang artis. Buktinya selama berhari-hari SMS yang dikirimkan sama, kan?" kata Mama setelah mengecek sisa pulsa Pepe.

"SMS yang dikirim sudah disediakan dengan sebuah mesin. Wah, pulsamu sudah habis. Ganti nomor saja, ya. Mama belikan nomor baru."

"Kenapa, Ma? Enggak diisi ulang aja?"

"Kalau diisi ulang, nanti langsung disedot lagi sama layanan ini. Percuma, pul­samu langsung habis lagi. Untuk bulan ini, terpaksa kamu enggak punya pulsa dulu. Jatah pulsamu bulan ini sudah habis."

Pepe mengangguk. Untungnya sudah tanggal 23. Hanya seminggu saja ia ha­rus bertahan tanpa pulsa.

Mutia Damayanti Abidin

Penulis Cerita Anak, Tinggal di Bogor

 

 

Sumber : Kompas, Minggu 30 Mei 2010, Rubrik Anak :  Cerita-Cerita

This entry was posted on 6/07/2010 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: