•6/28/2010

Sumber : Harian Seputar Indonesia, 27 Juni 2010

•6/28/2010

Oleh Agnes Swetta Pandia dan Nina Susilo

Di samping itu, ke-sempatan bekerja for-mal bagi para difabel amat terbatas. Apalagi, tak jarang para difabel pun mengalami diskri-minasi ganda. Serba keterbatasan para di-fabel itu menarik hati Titik Winarti untuk mem-bantu mereka man­diri.

la berusaha menyiapkan men­tal mereka, di sam-ping memberikan pela-tihan keterampilan dan kemampuan pemasaran. Sejak tahun 1999, se-kitar 470 orang difabel yang menjadi anak didiknya telah mandiri. Mereka mampu mem-buka usaha kerajinan tangan dan mengembangkannya di kampung asal masing-masing.

Apa yang membuat hatinya tergerak? Anik Puji Lestari (40) yang tunarungu, misalnya, memilih bekerja di rumah Titik setiap hari. Rupanya, perempuan berkacamata yang tinggal di Su­rabaya itu sering dipukuli oleh suaminya. Dengan bekerja, tak hanya penghasilan yang dia peroleh, tetapi juga menjauhkan dirinya dari kekerasan dalam rumah tangga.

Berbagai masalah para difabel, seperti dialami Anik, itulah yang membuat Titik berusaha mem­bantu mereka. la membuka rumahnya untuk difabel. Sebanyak 35-40 orang difabel dari sejumlah daerah di Jatim mengisi rumahnya meskipun rumah itu relatif sempit bagi mereka karena luas tanahnya hanya sekitar 200 meter persegi.

Keterbatasan sarana itu pula yang membuat dia tak bisa menampung semua difabel yang ingin belajar mandiri. Luas rumahnya terbatas sehingga para difabel terpaksa tinggal bersama keluarga Titik di rumah itu.

"Setiap kali ada difabel yang sudah mandiri dan pindah atau kembali ke kampungnya, baru saya bisa menerima difabel ba­ru untuk dilatih," kata Titik yang pada 1998 membuat usa­ha kerajinan tangan berbendera Tiara Handicraft.

Usaha kerajinan tangan itu menghasilkan, antara lain, tas perca, berbagai cendera mata dan keperluan rumah tangga berbahan baku kain. Modal awal Rp 500.000 diperoleh Titik dari meminjam pada Koperasi Setia Bhakti Wanita.

Satu-dua tahun setelah usahanya berjalan, beberapa penyandang tunadaksa datang ke rumahnya. Mereka minta diberi pekerjaan karena kesulitan mendapat penghasilan. la tak kuasa menolak mereka Maka, dari dua-tiga orang difabel, lalu puluhan difabel ada di rumahnya.

"Saya tak bisa menampung le­bih banyak difabel, padahal ke­inginan mereka untuk mandiri besar. Rumah sekaligus bengkel kerja kami tak memadai," kata Titik yang sulit menolak orangtua mengantar anaknya yang difabel ke rumahnya.

Dua tahun

Mengajari difabel untuk man­diri bukan pekerjaan mudah. Ti­tik mengakui, dari puluhan difabel yang bekerja untuk Tiara Handicraft, hanya 35-40 persen yang hasilnya bisa memenuhi kualitas produk layak jual.

la lalu bercerita tentang tahapan pembelajaran yang diberlakukan untuk difabel. Pada masa awal, bagi mereka yang belum bisa mengurus diri sendiri, akan dilatih kemandiriannya dalam kebersihan diri, seperti mandi dan mencuci pakaian.

Biasanya, dalam dua pekan, pa­ra difabel mampu mengurus dirinya sendiri. "Pada masa awal ini, mereka biasanya dibantu sesama difabel," katanya.

Ketika Titik melihat difabel itu sudah siap menerima pelatihan, ia akan mengajari mereka keterampilan sesuai minat masing-masing, mulai dari menggambar pola sampai menjahit. Dari pengalamannya, rata-rata setelah sekitar dua tahun para difabel itu siap bekerja secara mandiri.

Titik tak menargetkan waktu bagi difabel untuk berlatih keterampilan di tempatnya. Dia menyerahkan sepenuhnya kesiapan untuk bekerja itu kepada setiap difabel.

"Kadang ada di antara mereka (difabel) yang kembali (bekerja di Tiara Handicraft) setelah keluar. Saya hanya membolehkan mereka untuk dua kali kembali. Saya ingin mereka benar-benar siap, terutama secara mental, sebelum memutuskan keluar," kata Titik yang menghabiskan tak kurang dari Rp 15 juta per bulan untuk biaya hidup dan menggaji para difabel.

Salah satu hal yang dilakukan Titik untuk menyiapkan mereka adalah mengajak para difabel se­cara aktif dalam setiap pameran yang diikuti Tiara Handicraft. "Ini untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka ketika harus membuka usaha sendiri."

Setelah mereka punya usaha sendiri pun, hubungan di antara Titik dan anak didiknya tak terputus. Bila sedang banyak pesanan, ia meminta mereka membantunya memenuhi pesanan itu.

Tetap mikro

Seiring berjalannya waktu, Ti­ara Handicraft makin berkembang. Tahun 2005 Titik mendapat penghargaan Microcredit Award dari pemerintah. Dia lalu diundang mengikuti pencanangan Tahun Internasional Kredit Mikro di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat.

Jaringan pasar produknya pun semakin luas. Produk dari Tiara Handicraft dijual sampai ke Belanda, Amerika Serikat, Australia, dan Singapura. Kendati jaringannya meluas dan produksi meningkat, usaha kerajinan tangan ini tetap berlingkup mikro. Alasannya, margin keuntungan se­kitar 20-30 persen yang diperolehnya relatif habis untuk biaya operasional sehari-hari.

"Ketika ada keuntungan sedikit, uang itu dipakai untuk membiayai kebutuhan sehari-ha­ri difabel yang baru bergabung. Kondisi seperti ini berjalan terus-menerus," kata Titik.

Ia bercerita, sebuah lembaga manajemen perguruan tinggi di Jakarta pernah berusaha membantunya mengembangkan usa­ha. Di atas kertas, Tiara Han­dicraft bisa lepas dari usaha mik­ro, dengan "syarat" selama dua tahun Titik tidak menerima difa­bel baru.

"Ah, mereka bisa bicara begitu karena tak pernah langsung berhadapan dengan orangtua anak-anak itu ataupun para difa­bel," kata Titik, yang memilih tak mengikuti saran tersebut.

Untuk menghemat modal dan bertahan di tengah persaingan usaha, Titik juga menjadikan limbah kain sebagai bahan baku pro­duk Tiara Handicraft. Ia mendapatkan limbah itu, antara lain, dari Bali.

Titik mengakui, meski ingin usahanya lebih berkembang, dia tak mau tujuan memandirikan para difabel terpinggirkan. "Misi utama saya adalah bagaimana menjadikan anak-anak difabel bi­sa mandiri atau diterima pasar kerja," ujarnya.

 

 

Sumber : Kompas, 12 Juni 2010

 

endang mushaffa

•6/25/2010

Lie Charlie*

 

PARA siswa-siswi sekolah menengah atas mengaku pelajaran bahasa Indonesia dalam ujian nasional 2010 adalah ujian yang paling sulit. Keluhan manja remajakah? Kita baru percaya saat menyadari bahwa bahasa Indo­nesia dapat diujikan dalam bentuk-bentuk soal sebagai berikut: 1. Contoh kata ulang  dwilingga  salin suara ialah: a. bebek-bebek, b. tanam-tanaman, c. gerak-gerik, d. gunung-gemunung, e. tuduh-menuduh. Coba pembaca menjawab pertanyaan tersebut. Tidak bisa? Bukankah hampir semua pembaca pandai berbahasa Indonesia dan lulus SMA?

Coba lagi jawab pertanyaan ini: 2. Kata purbakala termasuk kata majemuk: a. dwandawa, b. tatpurusa c. karmadharaya, d. bahuvrihi. Tidak bisa? Bahkan menebak pun tak sanggup? Coba satu pertanyaan lagi: 3. Ungkapan "melihat dengan mata kepala sendiri" termasuk gaya bahasa: a. alusi, b. pleonasme, c. tautologi, d. eponim, e. antonomasia. Menyerah? Kalau begitu, pembaca juga tidak bakal lulus UN.

"Bagaimana mau lulus? Orang yang menyusun pertanyaannya adalah sekaligus perancang TTS (teka-teki silang)!" keluh Pak Samin, sebut saja namanya begitu, guru bahasa Indo­nesia yang semua anak asuhnya tak lulus UN, dengan berang. Pak Samin boleh kecewa, tapi ia juga mesti tahu, ada cukup banyak siswa-siswi lulus, yakni mereka yang rajin menghafal, bukan memahami.

Biasanya materi ujian dilengkapi pula dengan sebuah wacana, sebuah cerita. Lantas lazim ditanyakan temanya, tokoh utamanya, dan alurnya. Apa pun jawaban Joko, ia bisa salah. Wajar saja, karena semua siswa-siswi bebas menafsirkan. Me­reka diminta membaca dan memberikan pendapat, tapi jawaban mereka bisa dinilai salah. "Tokoh utamanya Diponegoro!" jawab Siti yakin, sedangkan menurut penyusun soal, jawaban yang benar adalah Sentot Alibasya.

Bahasa Indonesia bukan ilmu pasti, sehingga pola ujian pilihan ganda kurang cocok untuk diterapkan. Jika dipaksakan, soal-soal akan menjadi seolah-olah sukar, seperti terbukti dari contoh-contoh di atas. Akhirnya hanya siswa-siswi berdaya ingat kuat dan sering membaca yang bisa lulus. Mereka yang kreatif dan memiliki imajinasi mungkin cuma meraih angka lima untuk bahasa In­donesia dan gagal dalam UN.

Nilai siswa-siswi untuk mata pelajaran bahasa Inggris, umpamanya, rata-rata malah lebih bagus dibandingkan dengan bahasa Indone­sia, karena tata kalimat bahasa Ing­gris mengenal pola baku yang tidak bisa-tidak harus ditaati. Menyusun dan menjawab pertanyaan ujian bahasa Inggris, dengan demikian, justru menjadi lebih "mudah" karena pasti. Jawaban untuk melengkapi kalimat, contohnya: I ... TV, when she came, adalah was watching; ti­dak bisa watch, watched, is watch­ing, atau have watched.

Meramu dan menjawab soal-soal ilmu pasti juga tak membingungkan, karena jawaban yang benar hanya ada satu. Pertanyaan: hitunglah x, jika x2 + 2x + 3 = 27, pasti bermuara pada jawaban x = +/-4. Jawaban selain +/-4 pasti salah. Udin yang men­jawab +/-5 atau Ririn yang memilih x = +/-6 pasti tidak punya alasan bahwa "pilihan jawabannya mirip-mirip, sih!" Bahkan pelajaran ilmu-ilmu sosial semacam geografi, ekonomi, sejarah, atau ilmu pengetahuan sosial pun kalah rumit dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Nama ibu kota Mongolia, makna inflasi, tahun berdirinya VOC, atau tempat pengasahan batu mulia di Kalimantan, semua dapat dijawab dengan pasti jika siswa-siswi belajar sungguh-sungguh.

Menghafal memang tidak sulit. Apabila ujian bahasa Indonesia mensyaratkan siswa-siswi meng­hafal agar bisa lulus, siswa sering menghafal sebagai jalan keluar pintas yang pragmatis. Apakah fonem, morfem, dan majas? Semua itu dapat dihafal dan dipahami. Masalahnya, siswa-siswi SMA pada masa me­reka masing-masing lazimnya merasa tertekan bila diminta mengha­fal dan memahami pelajaran bahasa Indonesia.

Siswa-siswi juga mengira tidak ada faedahnya capek-capek bela­jar bahasa Indonesia, apalagi materi yang dipelajari itu banyak yang ti­dak realistis. Dalam pemikiran me­reka pun: memangnya kalau bahasa Indonesia dapat nilai 10, kita bisa apa? Apa pula urgensinya memperhitungkan nilai ujian bahasa Indo­nesia sebagai syarat lulus UN? Ha­rus ditemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini untuk memotivasi siswa-siswi menekuni bahasa Indonesia.

Salah satu cara terbaik menguji penguasaan bahasa seseorang adalah dengan memintanya menulis krea­tif (atau dikenal sebagai pelajaran mengarang) dalam bahasa tersebut. Ujian bahasa Indonesia paling tepat jika diselenggarakan dalam bentuk menulis karangan dan berbicara. Teori-teori boleh saja diajarkan dan diuji. tapi jangan menjadi satu-satunya penentu kelulusan. Sebagusnya, 50 persen nilai ujian diambil dari mengarang dan berbicara. Guru—apa boleh buat—terpaksa meluangkan waktu memeriksa hasil karya kreatif siswa-siswi dan mengawasi percakapan mereka.

Memeriksa dan menilai sebuah karya tulisan kreatif memang bersifat subyektif dan para guru yang diberi tanggung jawab memeriksa tu­lisan itu harus memiliki referensi karya sastra yang luas. Jika isi tu­lisan itu menggunakan bahasa In­donesia seperti ini: "Eh, elo tau gak sih, kemaren gue nyamperin nenek gue geto. Tengsin juga sih, dikirain gue nyari muke, padahal gue disuruh ame nyokap..." sang guru sudah tahu apa rekomendasi kelulusan sang siswa atau siswi.

 

 

 

*) Sarjana tata bahasa Indonesia, Universitas Padjadjaran, Bandung

Sumber : Majalah Tempo, Edisi 21 – 27 Juni 2010

 

endang mushaffa

•6/25/2010

Setyadi Setyapranata*

 

EMBRYO sama dengan fetus?" kata Ami, murid kelas III sekolah menengah pertama. Dari buku modul biologi bi­lingual, dia tahu bahwa embryo berbeda dengan fetus. Fetus adalah tahap perkembangan sesudah embryo. Dalam konsep biologi, perbedaan ini tidak boleh diabaikan. Namun, da­lam diktat terjemahan, baik embryo maupim fetus diterjemahkan menjadi "janin".

Itulah salah satu contoh titik polemik di antara dua "aliran" penerjemah profesional. Kedua aliran ini sepintas memiliki visi yang sama, yaitu memodernkan bahasa Indone­sia, tapi pendekatan mereka berbeda. Untuk padanan istilah asing, aliran pertama adalah aliran yang berupaya menggali khazanah bahasa Indonesia. Adapun menurut aliran ke­dua, mengindonesiakan istilah ada­lah upaya yang mubazir, bahkan bisa menyesatkan; istilah yang sudah luas dikenal dan dipahami semacam ini cukup diserap dengan penyesuaian seperlunya atau dipungut saja, misalnya embrio dan fetus. Melihat kasus penggunaan kata "janin" ini, terlihat bahwa penerjemahan bisa me­nyesatkan.

Mari kita lihat kasus pengindonesiaan istilah supply. Kata ini biasa diserap menjadi "suplai"  saja, sedangkan para profesional berpengalaman mencoba mencari padanan kata Indonesia dengan istilah ber­beda untuk bidang masing-masing sehingga makna konsepnya menjadi jelas. Di bidang fisika, power sup­ply menjadi "catu daya", sedangkan di bidang ilmu ekonomi kata supply dan demand menjadi hukum "penawaran dan permintaan", di bisnis jadi "pasokan", dan di manajemen jadi "bekalan".

Pada kasus lain, penggunaan isti­lah asing dalam bentuk aslinya me­miliki segi positif dan negatif, seperti dituturkan oleh seorang kepala sekolah menengah negeri di Suraba­ya yang sekolahnya menerapkan program dwibahasa untuk mata pelajaran sains. Dibandingkan dengan murid di kelas reguler, murid di ke­las dwibahasa ternyata lebih mudah menangkap materi pelajaran yang diberikan dalam bahasa Inggris. Na­mun, dengan agak kecewa, sang ke­pala sekolah menuturkan bahwa banyak muridnya kurang berhasil da­lam ujian nasional gara-gara soal ujiannya ditulis dalam bahasa Indo­nesia, lengkap dengan istilah sainsnya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi asing. Moda pengindonesiaan seperti supply tadi sebenarnya su­dah berkembang di masyarakat. Pe­nerjemahan ke da­lam bahasa Indo­nesia yang telah diterima dengan baik semacam itu dilakukan tidak semata-mata atau demi kemajuan bahasa nasio­nal seperti visi dua aliran tadi, tapi juga terdorong oleh tuntutan teknis profesi. Banyak isti­lah asing yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang lahir bukan dari penerjemah atau ahli bahasa, melainkan dari tokoh profe­sional di bidangnya yang menyadari pentingnya penerjemahan berdasar konsep (concept-based translation), bukan berdasarkan bentuk linguistik (form-based). Contohnya, super­market tidak diterjemahkan "pasar super", tapi "pasar swalayan" sesuai dengan makna konsepnya; line offi­cer menjadi "perwira lapangan", bu­kan "perwira garis"; container menjadi "peti kemas", dan "padat karya" untuk labor intensive.

Di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak tokoh profesio­nal mengindonesiakan istilah untuk menghindari kerancuan dua kata yang mirip arti atau bentuknya tapi sangat berbeda makna konsepnya. Di bidang statistika, misalnya, tercipta istilah "rerata" dan "rataan" untuk average dan mean, yang sebelumnya secara keliru sering diterjemahkan "rata-rata"; di fisika ada "bahang" dan "panas" untuk heat dan hot; di kedokteran ada "sakit" dan "nyeri"; di kelistrikan ada "daya" dan "gaya"; dan di bidang hukum ada "selidik" dan "sidik".

Dalam hal penciptaan is­tilah, pantas dicatat nama para profesional nonbahasa yang mungkin tanpa sengaja telah menyumbang kemajuan bahasa Indo­nesia, misalnya Herman Johannes (sipil), Mahar Mardjono (kedokteran), Purbo Hadiwidjojo (geologi), Adjat Sakri dan Sudjoko (seni rupa), Sofia Mansoor (farmasi), Liek Wilardjo (fisika), serta Mien A. Rifai (biologi). Sementara itu, masih banyak orang memaksakan diri menggunakan is­tilah serapan meskipun pemahaman maknanya patut diragukan. Misal­nya, seorang bupati mengatakan, "Korban gempa sudah diantisipasi dengan mengevakuasinya ke rumah sakit." Di samping itu, sering ada is­tilah yang menggelikan yang konon "asli Indonesia" semacam "jombrot" untuk bankrupt, "mujarad" untuk abstract, dan "tembolok" un­tuk cached.

*) Penerjemah., dosen Jurusan Bahasa Inggris Universitas Negeri Malang

 

Sumber : Majalah TEMPO, Edisi 14 - 20 Juni 2010

 

endang mushaffa

•6/18/2010

 

Biasanya perempuan menginginkan tubuh langsing bak peragawati, beda dengan Don­na Simpson (42) asal New Jersey, AS. Simpson malah ingin menambah berat badan dari 272 kg menjadi 455 kg. Dia berambisi men­jadi perempuan terberat di dunia. Ibu dua anak berusia 3 dan 14 tahun itu sering tampil dalam wawancara televisi dan media. Pernah ada berita soal perempuan dengan badan terberat, 816 ki­logram, tetapi sudah meninggal. Simpson mengatakan telah menerima penawaran pembuatan sebuah buku dan reality show dengan tujuan memberi kepercayaan diri kepada perempuan berbadan besar. Pemakai kaus berukuran XXXXXL ini menga­takan, semakin besar bokong, pinggang, akan semakin seksi. Simpson telah menemukan lelaki yang mau menerima dia, dan akan menikah di Hawaii tahun ini. Tunangannya, Philippe Gouamba, ayah dari anak berusia 3 tahun  mengatakan, Si­mpson sangat menarik. Selera itu soal rasa.

 

 

 

Sumber : Kompas, 12 Juni 2010

 

endang mushaffa

•6/16/2010

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

 

Hartford, Seorang pria di Amerika sukses mengamputasi tangannya sendiri saat terjebak selama berjam-jam di perapian. Ia mengakui ide tersebut terinspirasi oleh McGyver, tokoh dalam serial TV kesukaannya waktu kecil.

Untuk pertama kalinya, pria bernama Jonathan Metz tersebut berbicara soal tragedi yang menimpanya pekan lalu. Dikutip dari ABC News, Rabu (16/6/2010), ia mengaku terpaksa memotong lengannya sendiri untuk menyelamatkan jiwanya.

Lengan Metz terjepit saat membetulkan perapian sejak Senin pekan lalu, hingga polisi menemukannya 3 hari kemudian dengan kondisi lengan nyaris putus. Dari rekan-rekannya, polisi mendapat laporan bahwa Metz sudah beberapa hari bolos kerja dan melewatkan acara nonton pertandingan softball.

Metz yang berusia 31 tahun itu mengaku sempat berteriak minta tolong dari lokasi tungku perapian yang terletak di basement rumahnya. Namun hingga 12 jam kemudian, tak seorangpun datang memberi pertolongan.

Kepanikan menghampiri Metz ketika luka di lengannya mulai mengeluarkan bau busuk. Menyadari bahwa hal itu akan membahayakan nyawanya, Metz berpikir keras selama 6 jam untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan.

"Akhirnya saya hanya merespon insting, sambil membayangkan kira-kira apa yang akan dilakukan oleh McGyver seandainya ia ada di tempat ini," tutur Metz.

Nama yang dimaksud oleh Metz merupakan tokoh dalam serial TV tahun 1980-an, yang diperankan oleh Richard Dean Anderson. Tokoh tersebut merupakan agen rahasia yang selalu bisa mengatasi masalah dengan peralatan seadanya.

Metz berpikir jika ia memotong lengannya yang terjepit, maka ia akan bebas dari perapian. Sambil menunggu bantuan datang, potongan lengan akan disimpannya di lemari pendingin agar bisa disambung lagi di rumah sakit.

Setelah mengumpulkan nyali, Metz mulai mengiriskan pisau, namun terhenti karena kesakitan ketika 'operasi' hampir selesai. Beruntung, polisi datang untuk menyelamatkannya tidak lama kemudian.

Amputasi yang hampir sukses itu akhirnya dituntaskan oleh paramedis. Sayangnya, para dokter di St. Francis Hospital and Medical Center di Connecticut tidak berhasil menyambung lengannya kembali.
(up/ver)

 

Sumber : health.detik.com , Rabu, 16/06/2010

 

endang mushaffa

•6/13/2010

 

Sumber : funnypictures.org

•6/07/2010

by  Michael heart

 

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they're dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who's wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

 

Download mp3   We will not go down (song for Gaza)

•6/07/2010

Oleh: Mutia Damayanti Abidin Ilustrasi: DS Studio

 

Pepe bersorak gembira dalam hati ketika menonton televisi sore ini. la menatap telepon genggam di tangannya. Tadi di sekolah, Rama berkata bahwa ia baru saja mendapat SMS dari salah satu bintang idola mereka.

Rama memang memperlihatkan SMS tersebut. Pepe tidak terlalu tertarik karena idola Rama tersebut bukanlah idolanya. Tetapi, sore ini, televisi mengiklankan layanan untuk bintang idolanya.

Tanpa ragu, Pepe mengetik perintah sesuai yang dikatakan sang bintang, "Ketik Reg Spasi, Ali. Kirim ke 1111."

Ia sudah hafal benar bagaimana bunyi iklannya.

Pasti diawali dengan "ketik reg spasi..." sisanya saja yang perlu dihafalkan. Itu pun ti­dak sulit. Iklan seperti itu banyak di televisi. Sesuai perintah, ia mengetik pesan tersebut dan mengirimkan ke nomor yang tertera di televisi.

Tidak lama, ia mendapat balasan. “Terima kasih telah mendaftar. Mulai besok, tunggu kabar dari Ali ya.”

HI-HI-HI… Pepe tertawa dalam hati. Ia senang sekali." SMS pertama dilihatnya ke­tika pulang sekolah. Sebenarnya SMS sudah sampai sejak pukul 09.00. Tetapi, karena di sekolah tidak boleh bermain-main dengan telepon genggam, Pepe baru melihat sepulang sekolah. Ia memperlihatkannya kepada Roni sahabatnya.

"Hai, hari ini aku mau shooting. Selesai shooting aku mau ke gym," demikianlah bunyi SMS tersebut. Roni tersenyum melihatnya "Hebat. Bisa ditelepon enggak, Pe?" tanyanya.

"Enggak tahu, aku belum coba," jawab Pepe.

"Coba kalau bisa, kan lebih keren."

Pepe mencoba. Gagal. Yang kedua kali, gagal juga. Akhimya ia menggelengkan kepala ke arah Roni.

"Ya sudah, enggak apa-apa. Besok kalau ada SMS lagi kasih tahu aku, ya."

SMS kedua datang malam harinya. Isinya mengatakan bahwa sang bintang lelah setelah shooting seharian dan akan beristirahat.

Pepe tersenyum. Kemudian ia tidur.

Tetapi keesokan harinya SMS yang masuk isinya tidak berubah. SMS pagi selalu mengatakan sang bintang akan pergi shooting dan ke gym. SMS malamnya juga selalu mengatakan bahwa sang bintang lelah dan akan beristirahat.

Pertama, Pepe pikir mungkin sang bintang salah ketik. Tetapi, ketika keesok­an harinya SMS yang masuk masih juga sama, Pepe mulai merasa kecewa. Lama-lama ia bosan dan menghapus SMS-SMS yang sama dari sang bintang. Hanya SMS yang pertama dan keduanya yang ia simpan.

SUATU HARI, Pepe mengirim SMS kepada Mama. Besok ia harus membawa benang wol untuk prakarya. Pepe lupa meminta Mama untuk membelikan.

"Ma, tolong belikan be­nang wol warna biru dan kuning, ya," tulisnya. Kemudian ia mengirimkan SMS tersebut kepada Mama.

Tetapi, SMS-nya gagal, tidak terkirim. Dicoba lagi, gagal lagi. Diceknya sisa saldo pulsa teleponnya, ternyata habis.

Kok habis? Pepe bingung. Rasanya ia tidak menggunakan terlalu banyak. Mama pasti marah. Karena jatah bulanan yang Mama berikan sudah habis.

Akhirnya ia menelepon Mama dari telepon rumah. Untung Mama berjanji akan membelikan benang wol.

Sesampai di rumah, Pepe langsung menanyakan pesanannya. Pepe mengambil plastik kecil seraya berkata kepada Mama, "Ma, maaf, pulsa Pepe untuk bulan ini sudah habis. Mama mau be­likan lagi?"

Mama menoleh, "Kok? Kamu pakai buat apa?"

"Enggak buat apa-apa, Ma. Cuma SMS dan telepon saja."

"Coba Mama lihat."

Pepe menyerahkan ponsel kepada Mama. Mama memeriksanya.

“APA INI, PE?” tanya Mama sambil memperlihatkan SMS dari sang bintang.

"Oh, Pepe ikutan SMS bintang, Ma. Tetapi sudah beberapa hari ini, SMS yang sampai sama, itu-itu saja."

"Pantas pulsamu habis, Mama batalin layanannya, ya?"

"Kenapa, Ma? Pepe kan enggak kirim SMS, hanya terima saja, masa ngabisin pulsa?"

"Setiap terima SMS, pul­samu berkurang Rp 2.000."

"Kok gitu, Ma?"

"Ya, memang begitu. Kalau tidak, dari mana mereka dapat untung? Mereka kan jualan. Pasti mencari un­tung. Jadi walaupun hanya terima SMS, pulsamu tetap terpotong. Kemungkinan besar kamu tidak berhubungan langsung dengan sang artis. Buktinya selama berhari-hari SMS yang dikirimkan sama, kan?" kata Mama setelah mengecek sisa pulsa Pepe.

"SMS yang dikirim sudah disediakan dengan sebuah mesin. Wah, pulsamu sudah habis. Ganti nomor saja, ya. Mama belikan nomor baru."

"Kenapa, Ma? Enggak diisi ulang aja?"

"Kalau diisi ulang, nanti langsung disedot lagi sama layanan ini. Percuma, pul­samu langsung habis lagi. Untuk bulan ini, terpaksa kamu enggak punya pulsa dulu. Jatah pulsamu bulan ini sudah habis."

Pepe mengangguk. Untungnya sudah tanggal 23. Hanya seminggu saja ia ha­rus bertahan tanpa pulsa.

Mutia Damayanti Abidin

Penulis Cerita Anak, Tinggal di Bogor

 

 

Sumber : Kompas, Minggu 30 Mei 2010, Rubrik Anak :  Cerita-Cerita

•6/05/2010

                                                             Sumber : Harian Seputar Indonesia, 23 Mei 2010

•6/05/2010

Ferndale

Kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang sering mengakibatkan kantuk luar biasa. Seperti dialami perempuan dari Ferndale, Michigan, AS, ini. Dia menuntut perusahaan penerbangan United Airlines setelah dia ditinggalkan tertidur sendirian di sebuah pesawat beberapa jam setelah pesawat itu mendarat. Ginger McGuire naik pesawat United Express dari Washington DC ke Philadelphia. Dia bertutur, sepanjang penerbangan ia tertidur pulas. Lepas Kamis (27/5) tengah malam, pesawat mendarat di tempat tujuan. Sialnya, tak ada seorang pun yang membangunkannya, hingga dia ditemukan petugas kebersihan empat jam kemudian. United Airlines masih menyelidiki mengapa pesawat itu tidak langsung dibersihkan segera setelah mendarat. McGuire mengatakan, "Ketika saya terbangun, sudah pukul 4 dini hari. Tidak ada seorang pun di dalam pesawat," ujarnya jengkel. McGuire juga menyewa pengacara, Geooffrey Fieger, untuk mendaftarkan gugatannya ke pengadilan. McGuire mengaku tertekan dan ditinggalkan.

                                                                                              Sumber : Kompas, 29 Mei 2010

•6/05/2010

Sydney

Kucing terkenal memiliki sembilan nyawa. Seekor kucing persia mengejutkan pemiliknya setelah masuk ke mesin pencuci baju dan berputar-putar di dalamnya dengan kecepatan penuh. Brendon Rogers dari Manly Vale, Sydney, mengatakan, kucingnya, Kimba, diperkirakan telah naik dan masuk ke mesin cuci yang memi­liki bukaan pintu di depan. Kucing persia putih berusia 4 tahun itu tidak terlihat lantaran ia bermain di antara tumpukan pakaian kotor di dalam mesin cuci.

Ayah Brendon, Lyndsay, dengan tenang menyalakan mesin cuci. Ayah dan anak itu sangat terkejut karena selesai mencuci baju, termasuk setelah mengeringkan baju dengan putaran berkecepatan tinggi, mereka mendapati kucing mereka di da­lam mesin cuci. "Sulit dipercaya ketika dia muncul dari mesin cuci, kuyup seperti tikus tercebur got," kata Brendon. Mereka segera membawa kucing kesayangannya itu ke dokter hewan untuk diperiksa. Mata Kimba pun terlihat tidak sehat karena terpengaruh sabun cuci baju. Mungkin kisah sembilan nyawa kucing itu benar-benar ada. Meong.... (REUTERS/AP/JOE)

                                                                                               Sumber : Kompas 29 Mei 2010

•6/02/2010

 

 

Saya tertarik ketika pertama kali menemukan website emas24karat.com, sebuah wadah investasi emas batangan online pertama di Indonesia. Segera saja saya bergabung dan ternyata memang sangat mudah. Mudah membeli, mudah menjual, dan mudah mendapatkan keuntungan. Setelah saya bergabung, saya sudah bisa membeli emas dan punya beberapa pilihan, di antaranya :

Pertama, emas yang kita beli bisa kita simpan sebagai tabungan emas di emas24karat.com dan menjualnya ketika harganya tinggi. Kita bisa memantau pergerakan harganya di website.

Kedua, emas yang kita beli bisa dikirimkan langsung ke alamat kita. Proses pengirimannya pun cepat.

Pilihan ketiga, Kita bisa meminta emas yang kita beli untuk dimasukkan ke dalam mekanisme produksi, sehingga kita bisa mendapatkan bagi hasil dari prosentase laba penjualan. Jadi emas yang dibeli tidak hanya diam/disimpan, tapi menghasilkan nilai tiap harinya. Kita pun dapat dengan mudah menarik emas fisik ataupun langsung dicairkan dalam bentuk uang tunai.

Ingin tahu lebih jauh? Simak juga pengalaman teman-teman yang telah bergabung berikut ini :

………..

Cepat, Aman, Quick Response
Posted : Dimas Dhihta Prabowo - Cilegon29 Juli 2010
Bravo emas24karat.... terimakasih kepada admin dan tim support, ternyata investasi di emas24karat memang memuaskan, ya walaupun menabung sedikit demisedikit tapi membuat saya puas dan senang dengan pelayanan yang baik dan cepat. Semoga semakin berkembang sistem dan produk dari emas24karat..

LABA PRODUKSINYA LANCAR
Posted : Soeksmawati Rinaningtyas - [ Kota Lainnya ... ] 20 Juli 2010
Sejak bergabung dengan emas24karat pertengahan januari 2010 lalu dan memasukkan 25 gr sbg modal produksi, setiap bulan hingga kini saya selalu terima transfer laba produksi dengan lancar. Thx..

sekarang saya benar2 percaya emas24karat
Posted : Diana Dewiani, SH. - [ Kota Lainnya ... ] 19 Juli 2010
saya daftar emas24karat pebruari 2010,tadinya ga sengaja saat saya surfing internet,terdamparlah saya di website ini.trus saya pelajari,konsepnya bagus,trus coba2 daftar.tapi saat daftar pun saya masih meragukan website ini.sampe satu saat saya ada rezeki, saya memberanikan diri untuk beli 1 gr emas,sampe terkumpul 5 gr saya cek ke pegadaian ternyata memang emas asli.pelayanannya proaktif,ramah dan cepat.padahal saya ada di pelosok,tapi emas saya selalu sampai dengan aman&cepat.

Laba Produksi Emas
Posted : Nelli Marselina - Jakarta 15 Juni 2010
Bagi yang bingung investasi emas dan takut untuk nyimpennya dalam bentuk fisik (takut kecurian atau harus bayar ongkos deposit box), maka lebih baik belilah emas di www.emas24karat.com dan jadikan sebagai modal produksi. Emas aman, kita tidak perlu keluar uang lagi untuk biaya penyimpanan emas, harga emasnya tetap meningkat bahkan dapat laba dari modal produksi tsb tiap bulan ;-P solusi yang baik sekali bukan..

Jual Tabungan Emas
Posted : Nelli Marselina - Jakarta 15 Juni 2010
Sdh punya tabungan emas tapi belum sempat diredeem untuk jadi emas fisik atau modal produksi, ternyata kenaikan harganya cukup signifikan, saat beli 340.450 (rata-rata cicilan) bulan april lalu, pas butuh duit bisa dijual dgn harga 358.500 naik 5.3% dalam 2 bln, tidak perlu ribet simpen dimana (kalo dirumah takut dicuri orang) dan saat butuh tinggal jual, uang diterima dalam hitungan 1 menit, dapet untung yg lumayan lagi ;-) Semoga kepercayaan ini dapat terus terjaga. Sukses ya Pak Sulthan

Pelayanan emas24karat terpercaya
Posted : AJENG NURHAYATI - Pekanbaru 12 Juni 2010
AJENG -PEKANBARU Tadinya saya ragu untuk membeli secara online,tmbh lagi komentar suami.Akhrnya saya beranikn diri saya transfer jam17.30kamis& Saya konfirmasikan melalui sms eh mlahan pak sulthon yang mentlp balik megkonfrmasi pesanan saya,krn pak sulthon sedang berada di cengkareng pengiriman bru biasa dilakukan bsknya,betul saja hari sabtu jam10 kiriman yang dinanti dtang,trimakasih pak sulthon & EMAS24KARAT Sekarang saya tidak bingung lagi untuk membeli emas untuk berinvestasi.Terpercaya.

OK EMAS 24KARAT
Posted : Jhoni Arwan Sulaksono - Sidoarjo 08 Juni 2010
Trims Emas 24karat, saya sudah mengikuti mekanisme produksi dan sudah 2 kali ditransfer untuk bagi hasilnya, trims emas 24karat ( PAK SULHTAN)

Pelayanan E24K Memuaskan
Posted : EVI KARTIKA MAHARANI - Sidoarjo 12 Mei 2010
Trim's buat Pak Sulthan dan E24K. Kebetulan saya lg BU. sayapun jual emas produksi, ternyata prosesnya cepet banget. Gak pake ribet n gak pake nunggu lama. Sama kaya' waktu saya belinya. Next, mau nabung di E24K ah, tiap bulan. Trims banget buat E24K!!!

Jual Semudah Beli
Posted : Eko Sugiarto - Semarang 07 Mei 2010
Kebetulan dalam waktu dekat butuh uang alias BU, kebetulan juga harga LM lagi naik. Ya udah, aku jual sebagian modal produksi. Ternyata semudah pas beli. Cukup SMS, langsung diproses. Jual pukul 10.00 lebih dikit, skitar pukul 14.30 (karena kebetulan hari Jumat, nunggu habis sholat Jumat) dah ditransfer. Trim's Pak Hakim.

Luar Biasa cepat
Posted : Teddy Irawan - Jakarta 05 Mei 2010
Saat saya sedang mencari cara mudah untuk membeli emas batangan, saya menemukan cara yang praktis di emas24karat.com. Awalnya saya ragu karena belum yakin dengan transaksi di internet. Tapi saya coba juga. Saya melakukan transfer pukul 12 siang, dan langsung konfirmasi melalui YM. Jam 20.00 saya mendapat sms kode AWB dari RPX. Eh jam 8 pagi paket sudah sampai. Bravo!! Pengiriman cepat sekali

Tabungan Emas
Posted : Sutarna - Cimahi 05 Mei 2010
Setiap punya uang lebih saya sisihkan untuk membeli emas 1 gram dan sekarang dah 4 gram, semoga menjadi barokah bagi kita semua amin...

emas24karat
Posted : achmad putra - Jakarta 28 April 2010
saya tertarik dgn adanya website 3mas24karat.com sangat mudah di cerna dan diikuti produk2 nya jg banyak

mantab seuy..
Posted : Muhammad Ridwan - Bandung 23 April 2010
Pelayanan cepat dan terpercaya, pokonya mantabs euy.. Kemarin transaksi beli emas, jam 2 transfer lewat internet banking, langsung dikonfirmasi trus pesenan langsung diproses. Sore2 di-sms kode paket RPX trus bisa liat status pengiriman di website nya RPX. Besoknya jam 11-an barang sudah sampai. Gak sampe 24 jam emas udah di tangan. Sekarang mo nabung dulu biar bisa beli emas lagi di sini hehehe..

e-Commerce Terpercaya
Posted : Wasmui - Jakarta 22 April 2010
Menakjubkan. Pesan barang kemarin siang pkl 10.00 keesokan harinya persis pkl 09.30 barang tiba di Jakarta. Trimakasih Pak Hakim. Juga pak Zul yg sudah banyak membantu. Sukses buat emas24karat. On-Time dan Terpercaya. Saya akan lanjutkan dengan transaksi berikutnya yang lain.

tidak sampai 24 jam
Posted : anissa widayati - Bandung 16 April 2010
sungguh luar biasa pelayanan dari emas24karat... kemarin (kira kira pukul 2 siang)saya order emas, dan merupakan order pertama kalinya. sempat was2.. tetapi begitu kontak ke kantor pusat dan pembayaran sudah di terima, langsung proses saat itu juga dan yang lebih menakjubkan.. emas tiba pukul 9.30 pagi esok harinya!!! di hitung kurang dari 24 jam emas dah ada ditangan. hebat, pertahankan terus kinerja emas24karat, sukses!!

Pembelian Emas dengan Delivery
Posted : Nelli Marselina - Jakarta 14 April 2010
Tanpa perlu beranjak dari meja kerja pembelian emas tetap dapat dilakukan. Tinggal transaksi via internet dan transfer dana via internet banking, emas dapat saya terima di tempat tanpa perlu pergi ke tempat penjualan emas. Pengirimannya pun cepat, pembelian kemarin jam 3 sore, sudah terima jam 11 pagi. semoga sukseswww.emas24karat.com

Two Thumbs Up
Posted : Yudi Wahyudi - Sukabumi 09 April 2010
Terpercaya dan Pelayanan Cepat

Pengiriman cepat
Posted : yolanda evalyn sebayang - Balikpapan 08 April 2010
Terima kasih pada emas24karat bisa dipercaya dalam hal jual beli emas batangan. kemaren sore (pukul 15.00 tgl 7/4) iseng-iseng daftar dan langsung melakukan transaksi. Ternyata tadi pukul 11.00 pesanan sdh tiba dirumah.saya baru menemukan emas24karat yang bisa bertransaksi secara online dan cepat.

siapapun bisa mulai menabung emas batangan
Posted : Novryansyah - Bogor 08 April 2010
akhirnya saya punya tabungan emas murni, dulu saya pikir kalo mau nabung emas murni batangan harus minimal 10gr. ternyata disini modal 2gr pun di terima. sangat membantu untuk yang masih sangat pemula dalam menabung emas. terimakasih banyak emas24karat.com

Puas dan terpercaya
Posted : Siti Zulaeha - Depok 07 April 2010
Baru pertama kali membeli emas disini, tapi sudah puas dengan pelayanan, kecepatan dan yg terpenting bisa dipercaya. Adalah hal yang wajar apabila transaksi online, banyak sekali pembeli yang kurang percaya akan ke absahan transaksi, karena kita harus transfer lebih dulu dan jumlahnya tidak sedikit. Disini saya sudah membuktikan dan YAKIN kalau Emas 24 karat bisa dipercaya dan kredibilitas Pak Sulthan adalah taruhannya. Berikutnya, mudah2an saya sudah bisa mulai ikut dalam produksi.

………..

Cara mendaftar di emas24karat.com

  Di website emas24karat.com anda bisa masuk dengan mengklik bagian pendaftaran di bagian atas website. Isilah formulir yang muncul dengan data-data Anda secara lengkap termasuk alamat email Anda. Di kolom Agen Referrer masukkan angka : 2187. Selanjutnya Anda akan mendapatkan email yang berisi Customer ID / Konsumen ID yang bisa Anda gunakan untuk login ke emas24karat.com. Selamat berinvestasi.

•6/01/2010

 

“Weh, kompor minyak?”

“Iye, emang lu kira apaan? Nggak pernah liat kompor minyak?”

“Lah, bukannya kemaren lu pake kompor gas?”

“Pake kompor gas kayak naro bom waktu! Pokoknya sebelum ada jaminan keamanan tabungnya gue ogah pake!”

***

 

                                                                                      Sumber : Koran Tempo, 30 Mei 2010