•12/21/2010

Oleh: dr Phaidon Lumban Toruan

KOMPAS.com — Luar biasa! Tim nasional berhasil mengoleksi empat kemenangan berturut-turut di ajang Piala AFF. Terakhir adalah saat melawan Filipina, yang katanya memiliki sembilan pemain naturalisasi. Semua lawan yang telah merasakan keperkasaan Firman Utina dan kawan-kawan saat ini mungkin cukup terperangah melihat tim sebuah negara besar yang sudah lama absen dari prestasi tiba-tiba tampil berbeda.

Kemenangan yang bukan main-main. Menundukkan Malaysia 5-1, mencukur Laos 6-0 (yang mampu menahan Thailand 2-2), dan menaklukkan Thailand 2-1 (salah satu tim terkuat di Asia Tenggara), dan terakhir menang atas Filipina 1-0 di semifinal leg pertama adalah bukti keperkasaan itu.

Apa rahasia besar dari semua ini? Tentu ini adalah hasil kegigihan semua pemain di lapangan serta peran besar seorang Alfred Riedl, sang pelatih kepala, yang dibantu asisten Wolfgang Pikal dan Widodo C Putro. Tapi, apalagi?

Pasti ada sesuatu yang baru bukan? Masalahnya bukan sekali karena Indonesia menggunakan jasa tenaga pelatih asing. Bahkan negara yang disegani di Asia Tenggara, Thailand, menggunakan jasa pelatih ”bule” sekaliber Bryan Robson pun harus angkat koper lebih awal. 

Apa yang berbeda?
Sejak PSSI menunjuk Iman Arif sebagai Direktur Badan Tim Nasional (BTN),  ia secara intensif membentuk suatu tim yang terdiri atas para profesional. Ia melibatkan banyak orang dengan latar belakang  profesional di perusahaan multinasional. Orang-orang pilihan ini menempati semua divisi, mulai dari sekretaris direksi, direktur administrasi, direktur  keuangan, direktur marketing, direktur talent scouting, dan direktur sport science.

Iman melakukan perubahan radikal di semua lini dan menerapkan true management. True management di perusahaan multinasional seperti yang dikomandoi ImanArif senantiasa menerapkan management science dalam pekerjaan sehari-harinya.

Iman saat ini tidak lagi menjabat Direktur BTN, tetapi kini bertugas sebagai Direktur Teknis di bawah direktur baru BTN, Nirwan Bakrie. Saya sendiri pernah menjabat direktur sport science di BTN.  Tetapi, saat ini saya lebih banyak membantu Iman membuat rancangan strategis untuk meningkatkan, bukan hanya kualitas tim nasional, melainkan juga melakukan transfer knowledge ke seluruh insan sepak bola di Indonesia.

Artinya, Badan Tim Nasional  bekerja mengumpulkan semua ilmu pengetahuan yang menunjang prestasi sepak bola (bisa dibilang kulakan ilmu), melakukan cara-cara  aplikasi ilmu pengetahuan tersebut sesuai dengan kondisi di Indonesia. Keberadaan organisasi divisi sport science di Badan Tim Nasional  merupakan bagian dari pelaksanaan rekomendasi sarasehan sepak bola nasional di Malang beberapa waktu lalu.

Ada beberapa stretegi sport science yang diformulasikan buat timnas. Strategi pertama adalah melakukan aplikasi sport medicine dibantu beberapa profesional. Apa yang dilakukan dalam disiplin ilmu ini adalah melakukan pemeriksaan awal, baik pemeriksaan fisik, laboratorium, dan musculoskeletal (sendi dan/atau otot).

Dengan pemeriksaan ini, data pemain yang dinyatakan oleh tim sport medicine tidak fit diserahkan kepada Alfred sebagai pelatih kepala sehingga saat menyusun tim, bisa mengantisipasi pemain-pemain yang bermasalah secara kesehatan agar tidak mengganggu program kerjanya.

Usaha ini tentu perlu kesabaran karena tim memeriksa puluhan pemain yang secara kasatmata merupakan yang terbaik di Indonesia. Hasil akhir dari pekerjaan ini adalah adanya penilaian kondisi fisik pemain sehingga timnas yang terbentuk terdiri atas pemain yang fit untuk pelatihan.

Strategi kedua adalah melakukan aplikasi sport nutrition. Saat awal pembentukan timnas, akibat kurangnya dokter yang menjadi ”pemain lapangan” di bidang sport nutrition, saya melakukannya sendiri sesuai dengan pengalaman menangani beberapa atlet nasional. Pada pelatnas tahap kedua, pakar dari FKUI-RSCM dilibatkan untuk membantu pengawasan dan penyusunan menu makan. Walaupun sudah diawasi, tetap saja aplikasi sport nutrition belum sepenuhnya sempurna dilakukan.

Ketiga, adalah psikologi olahraga. Mental ternyata masih menjadi masalah di Indonesia. Untuk itu, ada banyak program yang telah disiapkan oleh tim sport science Badan Tim Nasional, tetapi belum semuanya bisa dijalankan.

Keempat adalah penggunaan sport technology. Beberapa hal unik dalam aplikasi  teknologi sport adalah penggunaan alat ukur yang canggih guna menentukan kecepatan tendangan, membuat sepatu yang didesain khusus untuk personal (karena pada faktanya kaki kiri dan kaki kanan manusia ukurannya tidak sama, sementara sepatu selalu dibuat simetris), penggunaan berbagai gadget seperti gelang magnet, dan salah satu aplikasi yang paling sederhana yang bisa dikerjakan adalah dengan bermain dengan teknologi IT.

Beberapa hal yang berhubungan dengan IT adalah pencatatan data, simulasi pertandingan, review pertandingan, komunikasi, dan visualisasi yang mendukung semua hal yang diperlukan dalam mencapai performa maksimal.

Lewat tulisan ini, Anda bisa melihat bahwa di dalam Badan Tim Nasional PSSI sudah ada beberapa perubahan khusus di bidang sport science saja. Masih ada perubahan lain di divisi lain yang ada di tubuh Badan Tim Nasional.

Pada akhir tulisan ini saya sekali lagi mengatakan bahwa prestasi tim nasional adalah prestasi tim. Tim pelatih dan  tim pemain, tim support, tim administrasi, tim marketing, tim talent scouting, tim sport science dan tim medis, dukungan PSSI, dukungan pemerintah, serta jiwa seluruh rakyat Indonesia yang berhimpun di Gelora Bung Karno, menjadikan kita saat ini memiliki  modal sebagai super team, bukan ”kumpulan superman”.

Dengan demikian, kita berpeluang menjadi the winning team. Dan kalau saja prestasi  dan kerja sama ini diteruskan, mimpi saya dan juga insan sepak bola Indonesia bahwa kita bisa dan mampu main di putaran final Piala Dunia 2014 di Brasil akan menjadi kenyataan.

Saya mengundang para pemimpi besar di negeri ini untuk  mengambil tindakan saat ini juga demi kejayaan Indonesia. Saat ini kita melihat Indonesia menari. Tahun 2014, kita akan menari, menyanyi, dan bersukacita melihat jati diri kita yang sebenarnya. Saat itu kita akan tepuk dada kita dengan bangga seraya berkata, ”Saya orang  Indonesia.”
Penulis adalah Sports Scientist di Badan Tim Nasional PSSI

 

Sumber : kompas.com , Jumat, 17 Desember 2010 | 14:31 WIB

•12/21/2010

Written by Aksi Bintang, Aksi Bola, Liga Indonesia Dec 8, 2010

 

christian-gonzales3-300x145 Tak bisa dipungkiri, kehadiran Gonzales di timnas memberi warna baru pada permainan khususnya lini depan. Artinya, pilihan naturalisasi cukup tepat. Apakah akan ada yang menyusul Gonzales?

Deputi Bidang Teknis BTN, Iman Arif mengatakan pihaknya sudah menyiapkan short list nama-nama calon pemain naturalisasi. Ada lima yang sudah matang. Namun, semua kembali kepada pilihan pelatih Alfred Riedl. Jika beliau ok, BTN akan menjalankan prosesnya.

Victor Igbonefo pemain belakang Persipura. Kemudian, Sammy Patrick bek Persema Malang asal Kamerun. Lalu, Kim Jefrey serta Sergio van Dijk. Nama kedua pemain itu diakui Iman Arif sudah lama dicalonkan. Dan yang baru Ponggoue Marcial.

“Saya belum dapat kabar ia bermain di mana,” ungkap Iman Arif kepada bolanews.com.

Timnas Indonesia diakuinya masih memerlukan kekuatan di lini belakang. Sebagian besar dari nama-nama itu, adalah pemain belakang. Proses menurut Iman Arif sedang berjalan dan digodok.

“Jika tidak ada halangan, bulan Januari tahun depan mereka sudah mengantongi paspor Indonesia. Namun, tetap semuanya bergantung pada keputusan Riedl. Kalau ia meminta semua pemain (dalam daftar-red) dinaturalisasikan, BTN akan lakukan. Tapi, kalau beliau mengatakan hanya dua atau tiga saja ya, kami buatkan paspornya hanya dua atau tiga pemain. Semua bermuara kepada kebutuhan tim. BTN hanya menyiapkan saja,” papar Iman Arif.

Naturalisasi dikatakan Iman Arif hampir dilakukan oleh sebagian besar negara. Naturalisasi sedang menjadi tren global. Indonesia diakui Iman Arif masih membutuhkan pemain naturalisai 2 sampai 3 tahun ke depan.

“Tapi, jangan sampai terhanyut dengan euforia naturalisasi. Pembinaan usia muda tetap menjadi jalan utama pembentukan timnas yang kuat. Saat ini naturalisasi pilihan, bukan jawaban. Kami tetap mengutmakan pembinaan. Karena, hal itu merupakan kunci pembentukan tim yang kuat dan kontinu. Saat ini yang terjadi adalah, saya mencoba untuk memadukan naturalisasi dengan pembinaan. Ada pemain naturalisasi, ada pemain muda, dan ada pemain senior. Saat ini, itu langkah yang tepat,” urai Iman Arif lagi.

Bagi Iman Arif, naturalisasi tetap program jangka pendek. Jangka panjangnya, tentu pembinaan dan pelatihan usia muda.

“Sekarang euforia naturalisasi sedang tinggi. Boleh saja, tapi jangan sampai terhanyut dan melupakan pembinaan itu,” tandas Iman Arif.

 

Sumber : http://aksibintang.com

•12/20/2010

Bola.net - Striker baru Timnas Indonesia Christian Gonzalez mendapatkan pujian dari beberapa jajaran direktur tim nasional pandai memanfaatkan posisi untuk mendobrak gawang lawan sehingga dia dapat diandalkan di ajang AFF Suzuki Cup 2010 yang akan dimulai Rabu.

"Dulu memang dia seorang pemain yang kurang berlari, bahkan 70 persen hampir tak ada larinya. Tapi dia tipikal seorang pemain yang pandai memanfaatkan posisi," ujar Asisten Manajer Timnas Indonesia Iwan Budianto di Jakarta, Senin.

Iwan yang mantan manajer Persik Kediri semasa Gonzalez bermain di klub tersebut mengungkapkan, meski pemain yang akrab disapa El Loco itu kurang banyak bergerak tetapi memiliki kehandalan dan mampu mengolah bola dengan apa pun ketika mendapat umpan untuk menjadikan gol.

Selain itu El Loco juga diakui Iwan Budianto seorang pemain bertemperamen tinggi dan mudah emosi sehingga dia pernah terjerat sanksi dari Komisi Disiplin PSSI hingga lima kali. Namun dalam satu tahun terakhir, lanjutnya, sejak sanksi 12 bulan dari Komdis diampuni oleh Ketua Umum PSSI, karakter El Loco banyak berubah.

"Dia sudah lebih rajin menjemput bola ke mana pun dan juga sikap temperamennya sudah jauh berkurang. Sekarang dia lebih rajin lagi mencari bola sampai turun ke tengah," paparnya.

Iwan mengaku sangat memahami karakter pemain bernama lengkap Cristian Eduardo Carrasco Gonzales itu, apalagi kini sudah menjadi pemain naturalisasi dan direkrut Timnas. Iwan pun yakin El Loco akan memberikan yang terbaik bagi Timnas karena hal itu merupakan mimpinya sejak lama dan setelah direkrut seharusnya menjadi puncak dari mimpinya.

Iwan merupakan pihak yang pertama kali menemukan pemain asal Uruguay itu sejak 2003 dan semula dipinjamkan ke PSM Makassar. Gonzalez pun sejak 2006 telah berupaya untuk meminta statusnya sebagai warga negara Indonesia dengan dukungan penuh dari keluarganya.

"Dia selalu bermimpi bagaimana bisa berkostum nasional. Ketika mimpi itu datang, ada dua hal yang bisa terjadi, yaitu dia bisa menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diimpikannya atau dia akan terburu-buru karena terlalu gembira," ujarnya.

Terkait dengan penampilannya di AFF Suzuki Cup nanti, Iwan dan juga Manajer Tim Andi Darussalam Tabusala memang sudah mengantisipasi karakter El Loco agar tidak terjebak oleh pancingan emosi dari pemain lawan.

"Mengenai temperamen Gonzalez saya sangat paham, tapi Iwan yang lebih tahu karena dia pernah menjadi pemain Persik. Mudah-mudahan dia bisa semakin mendewasakan dirinya. Sebagai pemain naturalisasi tentu dia mempunyai motivasi dan dedikasi yang lebih. Saya tidak pernah ragu dengan dia," ujar Andi Darussalam. (ant/fjr)

 

Sumber : http://m.bola.net , 30-11-2010 | 06:15